Rabu, 29 Oktober 2014

Fenomena Sosial



Tawuran Antar Pelajar

Latar Belakang Masalah
Tawuran antar pelajar, sepertinya sudah menjadi kegiatan rutin para pelajar atau mahasiswa di Indonesia. Tawuran layaknya penyaluran identitas diri akan kemampuan dan kebanggannya terhadap diri sendiri, kelompok, atau almamater. Mereka tidak memikirkan buruknya berkelahi atau tawuran, mereka hanya memikirkan kepentingan sesaat.
Tawuran pelajar bukan hal yang bisa dianggap enteng, tawuran pelajar sekarang tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja melainkan juga menjalar ke daerah-daerah. Permasalahan remeh dapat menyulut pertengkaran individual yang berlanjut menjadi perkelahian massal dan tak jarang melibatkan penggunaan senjata tajam,senjata api, bahkan akhir-akhir ini banyak pelajar menggunakan bahan kimia seperti air keras sebagai senjatanya.
Dewasa ini, kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang sangat efektif yang dilakuka oleh para remaja.Hal ini seolah menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal yang bersifat anarkisme dan premanisme.Tentu saja perilaku buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak terlibat secara lagsung.

Penyebab Fenomena Ini Terjadi
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Penyebab kenakalan remaja dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.  Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para  remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a.         Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar individu, yaitu :
1.         Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan  yang dilakukan oleh pelajar. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
2.         Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan  para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya  disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3.         Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.

Cara Menanggulanginya
Sekolah
·         Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
·         Menambah jam pelajaran keagamaan baik di sekolah ataupun di tempat kuliah. Dengan penambahan jam pelajaran agama ini siswa atau mahasiswa diajak untuk lebih memahami bahwa pertengkaran, perkelahian atau tawuran itu tidak ada manfaatnya, yang ada hanya kerusakan dan bahkan kematian.
·         Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik.
·         Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga, ekstrakurikuler atau penelitian yang bermanfaat bagi mahasiswa. Sehingga tidak terpikirkan keinginan untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji.
·         Pihak sekolah atau kampus harus memberikan sangsi yang tegas jika ada siswa atau mahasiswa yang melakukan tawuran. Dari member sangsi diskors sampai dikeluarkan.

Orang Tua
·         Orang tua harus mengawasi kegiatan anaknya. Apabila si anak belum pulang ke rumah seperti biasanya, sebaiknya orang tua proaktif menanyakan ke anak melalui telepon seluler, atau ke teman atau ke sekolahan.
·         Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri.

Lingkungan
·         Patroli polisi dan satpol PP diintensifkan saat jam pulang sekolah, karena siswa atau mahasiswa yang berbeda almamater biasanya akan cepat tersulut emosinya saat mereka berpapasan dengan jumlah yang banyak.
·         Masyarakat berperan aktif jika ada tanda-tanda akan terjadi tawuran, atau sudah terjadi tawuran dengan menelepon polisi atau melalui jejaring sosial facebook dan twitter melalui akun @NTMCLantasPolri agar polisi segera datang dan mengendalikan suasana.
·         Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat  diwaktu luangnya. Contohnya  : membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolahnya.
·         aPara pedagang jangan menjual bebas senjata tajam dan  bahan-bahan kimia yang berbahaya.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar