Tawuran
Antar Pelajar
Latar
Belakang Masalah
Tawuran antar pelajar, sepertinya sudah menjadi
kegiatan rutin para pelajar atau mahasiswa di Indonesia. Tawuran layaknya
penyaluran identitas diri akan kemampuan dan kebanggannya terhadap diri
sendiri, kelompok, atau almamater. Mereka tidak memikirkan buruknya berkelahi
atau tawuran, mereka hanya memikirkan kepentingan sesaat.
Tawuran pelajar bukan hal yang bisa dianggap enteng,
tawuran pelajar sekarang tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja melainkan
juga menjalar ke daerah-daerah. Permasalahan remeh dapat menyulut pertengkaran
individual yang berlanjut menjadi perkelahian massal dan tak jarang melibatkan
penggunaan senjata tajam,senjata api, bahkan akhir-akhir ini banyak pelajar
menggunakan bahan kimia seperti air keras sebagai senjatanya.
Dewasa ini, kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah
masalah yang sangat efektif yang dilakuka oleh para remaja.Hal ini seolah
menjadi bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-hal
yang bersifat anarkisme dan premanisme.Tentu saja perilaku buruk ini tidak
hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian itu sendiri tetapi juga
merugikan orang lain yang tidak terlibat secara lagsung.
Penyebab
Fenomena Ini Terjadi
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan
pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja
(juvenile deliquency). Penyebab kenakalan remaja dalam hal perkelahian, dapat
digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1. Delikuensi situasional, perkelahian terjadi
karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu
biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Delikuensi
sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu
yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh
kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung
membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya
peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok
teman sebayanya.
Berikut
ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan tawuran pelajar, diantaranya :
a. Faktor Internal
Faktor internal ini terjadi didalam diri individu
itu sendiri yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru
dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang
dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan
adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat
menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai
keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang
mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya
tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu,
ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya
perkelahian. Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri,
tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remaja biasanya membutuhkan
pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar
individu, yaitu :
1. Faktor
Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama
dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang
dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia
akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari
keluarganya. Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab
kekerasan yang dilakukan oleh pelajar.
Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta
hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi
setiap usia terutama pada masa remaja.
2. Faktor
Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun juga
pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa
mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah
untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas
pengajaran yang bermutu. Contohnya
disekolah tidak jarang ditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki
cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut
menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisa saja ditiru oleh para
siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik
yang memiliki kepribadian yang baik.
3. Faktor
Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat
mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah
yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik.
Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para
remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya
juga bisa mengakibatkan tawuran.
Cara
Menanggulanginya
Sekolah
·
Memberikan pendidikan
moral untuk para pelajar
·
Menambah jam pelajaran
keagamaan baik di sekolah ataupun di tempat kuliah. Dengan penambahan jam
pelajaran agama ini siswa atau mahasiswa diajak untuk lebih memahami bahwa
pertengkaran, perkelahian atau tawuran itu tidak ada manfaatnya, yang ada hanya
kerusakan dan bahkan kematian.
·
Menghadirkan seorang
figur yang baik untuk dicontoh oleh para pelajar. Seperti hadirnya seorang
guru, orangtua, dan teman sebaya yang dapat mengarahkan para pelajar untuk
selalu bersikap baik.
·
Mengisi waktu luang
dengan kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga, ekstrakurikuler atau
penelitian yang bermanfaat bagi mahasiswa. Sehingga tidak terpikirkan keinginan
untuk melakukan hal-hal yang tidak terpuji.
·
Pihak sekolah atau
kampus harus memberikan sangsi yang tegas jika ada siswa atau mahasiswa yang
melakukan tawuran. Dari member sangsi diskors sampai dikeluarkan.
Orang
Tua
·
Orang tua harus
mengawasi kegiatan anaknya. Apabila si anak belum pulang ke rumah seperti
biasanya, sebaiknya orang tua proaktif menanyakan ke anak melalui telepon
seluler, atau ke teman atau ke sekolahan.
·
Memberikan perhatian
yang lebih untuk para remaja yang sejatinya sedang mencari jati diri.
Lingkungan
·
Patroli polisi dan
satpol PP diintensifkan saat jam pulang sekolah, karena siswa atau mahasiswa
yang berbeda almamater biasanya akan cepat tersulut emosinya saat mereka
berpapasan dengan jumlah yang banyak.
·
Masyarakat berperan
aktif jika ada tanda-tanda akan terjadi tawuran, atau sudah terjadi tawuran
dengan menelepon polisi atau melalui jejaring sosial facebook dan twitter
melalui akun @NTMCLantasPolri agar polisi segera datang dan mengendalikan
suasana.
·
Memfasilitasi para
pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau dilingkungan sekolah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
diwaktu luangnya. Contohnya :
membentuk ikatan remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang
bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler
disekolahnya.
·
aPara
pedagang jangan menjual bebas senjata tajam dan
bahan-bahan kimia yang berbahaya.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar